Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan diluar Pendidikan formal, namun kenyataannya Kepanduan HW tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan formal, seperti di sekolah perguruan Muhammadiyah dengan istilah Qabilah dimana Kepala Sekolah adalah penanggung jawab pendidikan Kepanduan Hizbul Wathan.
Upacara pembukaan dan penutupan latihan kepanduan Hizbul Wathan terbilang biasa. Namun bila diformat dengan cara lain, nampaknya akan terasa istimewa. Kemasan itu misalnya saja dengan membuat acara tambahan yang memiliki implikasi (pengaruh) positif bagi peserta didik Pandu HW.
Ada beberapa sajian acara tambahan yang bisa dipilih oleh Pemimpin Pandu HW dalam rangka melakukan pembinaannya (Pelantikan, penyematan tanda kecakapan, pemberangkatan kontingen dll). Amat tergantung pada selera dan target (muatan utama) pembinaan masing-masing. Semisal permainan/Game, kecerdasan, pengetahuan dan lain-lain. Acara tambahan itu, sesuai dengan namanya harus singkat, padat dan tidak membosankan. Jangan lupa, saran para ahli bahwa upacara latihan supaya dilakukan dalam waktu singkat. Bila upacara memakan waktu 20 menit, maka untuk 4 menit di antaranya bisa diisi oleh acara tambahan tadi.
Macam tema yang disampaikan oleh pembina/pemimpin pandu HW saat memberikan sambutan/santapan rohani agaknya juga bijaksana kalau mengutamakan materi materi yang sederhana, mudah dicerna, singkat, padat, dan sarat isi. Tak kalah menarik, waktu sajian tepat bila dikemas dengan kisah-kisah teladan yang pendek, namun memuat nilai-nilai yang baik (Ahlakqul Karimah). Sama halnya dengan kegiatan santapan rohani, dengan tujuan agar anggota Pandu HW dapat berdisiplin belajar.
Pengaruh sajian / santapan rohani pada upacara latihan peserta didik kepanduan Hizbul Wathan terhadap disiplin peserta upacara juga akan berpengaruh positif sehari–hari kepada anggota Pandu HW, baik dirumah maupun di tempat lain. Kegiatan kepanduan HW jelas jelas berdimensi, salah satunya membentuk kedisiplinan diri.
Dalam kegiatan pembelajaran seseorang hendaknya berperilaku disiplin, baik sebelum datang ke arena latihan dengan datang tepat pada waktunya; ketika proses latihan sedang berlangsung dengan menyimak dan memperhatikan setiap materi latihan yang disampaikan oleh Pemimpin pandu sebagai seorang pembina anak didik, maupun setelah proses pembinaanya dalam latihan itu berakhir dengan mencek kembali materi yang telah diterima untuk dipelajari. Artinya setiap peserta didik harus melakukan disiplin diri seoptimal mungkin. Hal ini, karena pada dasarnya pencapaian tujuan pembinaan, dalam bentuk pemahaman dan kemengertian bahasan akan dapat diraih manakala anak didik pandu HW mau belajar itu melakukan disiplin.
Disiplin dalam pengertian yang amat dasar ada dua. 1) Ketaatan pada tata tertib, 2) Latihan batin dan watak dengan maksud akan mentaati peraturan ( Poerwadarminta, 1985;254) sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1993;114) arti disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan tata tertib, karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada hatinya.
Dilihat dari sudut pandang sosiologis dan psikologis, disiplin adalah suatu proses belajar mengembangkan kebiasaan–kebiasaan, penugasan diri, dan mengakui tanggung jawab pribadinya terhadap masyarakat, Maka kedisiplinan anak didik dalam mengikuti suatu kegiatan Kepanduan HW pun akan menimbulkan sikap tanggung jawab, atau disiplin dalam menghadapi pelajaran atau dalam belajarnya.
Santapan rohani pada upacara bendera setiap hari Senin maupun santapan rohani pada upacara pembukaan latihan HW diharapkan dapat menciptakan suasana disiplin dalam belajar, sehingga dapat mencapai target maksimal dari tujuan belajar. Dalam kaitannya dengan santapan rohani pada upacara bendera pembukaan latihan HW, disiplin atau ketaatan pada peraturan anak didik merupakan sarana bagi berlangsungnya pembentukan disiplin anak didik sehari–hari. Tentunya, hal itu menggambarkan upaya anak didik untuk dapat maju dan berprestasi lebih baik lagi. Karena disiplin merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan belajar. Untuk memperolah indikator disiplin yang diharapkan secara optimal dari pelaksanaan santapan rohani pada upacara bendera latihan HW, memang diperlukan adanya data tanggapan anak didik pandu HW sebagai umpan balik. Kendati demikian, Pemimpin Pandu HW sebagai pembina bisa saja menggunakan tanggapan hasil pengamatan yang merupakan gambaran, dan kesan dari pengamatan yang diperbuat anak didik HW. Sejalan dengan pendapat Ibu Zakiyah Derajat (1995.26) yang mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar di antaranya adalah tanggapan. Yaitu tindakan atau perubahan batin yang mempersiapkan organisme jasmaninya untuk bertindak.
Tanggapan anak didik dalam proses pembinaan terbagi pada dua kemungkinan. Ada yang menerima dan ada yang menolak. Sikap yang menerima akan menimbulkan perilaku seperti; diam penuh perhatian dan ikut berpartisipasi aktif. Sedangkan sikap yang menolak, akan nampak pada perilaku negatif, misalnya bermain, mengalihkan perhatian, mengganggu teman, bahkan mempermainkan pembina (Sardiman, 1992;215). Sementara itu Rita L. Afkinson (1993;371) berpendapat bahwa tanggapan secara fundamental terikat pada kenyataan pembina yang disenangi atau tidak disenangi.
Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil benang merahnya bahwa indikator tanggapan anak didik HW meliputi : 1) Keinginan untuk bertindak/berpartisipasi 2) Mendengarkan 3) Melihat 4) Menimbulkan /membangkitkan perasaan 5) mengamati. Sedangkan untuk mengetahui indikator disiplin, CeceWijaya (1990:1 yang menyatakan, bahwa disiplin bisa dibentuk melalui: 1) Kataatan pada aturan 2) menjujung tinggi etika 3) Kesadaran diri pada norma 4) Menggunakan waktu belajar 5) Keteraturan waktu belajar. Dengan indikator indikator itu, sepertinya pembina akan mengenali tingkat ketercapaian disiplin anak didik HW dari proses pembinaan melalui santapan rohani pada Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan Kepanduan Hizbul Wathan. Atas inspirasi penelitian itu, yang pernah dilakukan oleh Pandu Hizbul Wathan, telah dikemukakan ada kolerasi antara kedua variabel, tanggapan anak didik HW tentang santapan rohani pada upacara bendera saat latihan maupun upacara bendera setiap hari Senin. Dan pengaruhnya terhadap disiplin anak didik HW adalah signifikan. Artinya, memiliki kaitan yang saling mengikat dan memberi pengaruh antara keduanya. Hal itu, akan lebih bermanfaat bila kita mengakomodasi pola penerapan santapan rohani pada kegiatan upacara latihan Kepanduan Hizbul Wathan.
Sedangkan dilihat dari tinggi rendahnya pengaruh, seperti halnya hasil penelitian tersebut, ternyata ada faktor lain yang bisa mempengaruhi disiplin anak didik HW sehari-hari, maka untuk mensikapi hal ini apabila kita mengharapkan disiplin anak didik yang lebih tinggi sehari-hari, kiranya akan lebih bijak apabila pembina pandu HW memberikan santapan rohani dengan pelbagai ragam dan corak sajian. Sehingga memberikan daya tawar munculnya motivasi anak didik untuk mengikuti santapan rohani pada upacara bendera pembukaan dan penutupan latihan Kepanduan Hizbul wathan dengan sungguh-sungguh. Petikan dari Buku (Mansur Asy’arie)
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan terpanggil ikut menghiasi khazanah sejarah Republik Indonesia dalam bentuk pengejawantahan dinamika dan semangat juang yang tak pernah henti dengan metode Kepanduan serta ikhtiar Membangun Manusia Indonesia seutuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar